Sabtu

Metodelogi Kritik Hadist Dikalangan Syiah

Metodelogi Kritik Hadist Dikalangan Syiah

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sejarah
Masalah besar yang muncul segera setelah wafatnya Nabi Muhammad saw. di tahun 632 adalah siapa yang berhak menjadi pemimpin umat sebagai pengganti Rosulullah saw.
( khalifatutur rasul ) . Dalam kaitan ini ada tiga kelompok yang saling bersaing dan berebut : Muhajirin, Ansar dan Bani Hasyim. Selain itu, secara diam-diam, kelompok Bani Umayyah juga berambisi untuk menduduki jabatan tersebut. Krenanya ketika para sahabat sepakat memilih AbuBakar as-Shidiq sebagai khlifah yang pertama, Abu Sufyan, tokoh utama mereka tidak mau membai’at Abu Bakar.
Kareana pemilihan dan pembai’atan Abu Bakar di Bani Saqifah ini tanpa keikutsertaan Ali bin Abi Thalib, pdahaldia adalah wakil Bani Hayim, maka pengikut dan pendukung Ali enggan membi’at Abu Bakar dan ingin membai’at Ali Bin Abi thalib. Namun karena Ali tidak bersedia dibai’at dan bahkan dengan ikhlas membai’at Abu Bakar, akhirnya mereka mengulu-ulur waktu untuk membai’at Abu Bakar as-Shidiq.
Kenyataan ini menujukan bahwasejak masanabi sudah ada kelompok-kelompok yang berambisi untuk mendapatkan posisi kepemimipinan umat ( khlifah ), yaitu kelompok Ali ( Syi’ah ) yang sebagai besar terdiri dari kelompok Bani Hasyim dan kelompok Bani Umayyah. Sejarah mencatat bahwa persaingan antara Bani Hasyim dan bani Umayyah memang bukan hal yang baru hal itu sudah berlangsung mulai dari zaman jahiliyah. Namun demikian hingga terpilihnya khalifah yang ketiga, usman Bin Affan ambisi kedua kelompok itu muncul ke permukaan meskipun mbisi itu tidak pernah padam. Belakangan setelah Usman tewas dibunuh oleh Muhammad Bin Abi Thalib, dan kemudian digantikan oleh Ali Bin Abiu Thalib tanpa melalui pemilihan, ambisi Bani Umayyah pun tampil secara nyata. Mu’awiyah Bin Abi Sufyan, tokoh penting meraka, tidak hanya menolak membai’at Ali Bin Abi Thalib tetapi juga melakukan perlawanan bersenjata melalui perang yang terkenal dalam sejarah sebagai perang Siffin (Th.657), perang saudara sesama muslim dimana tidak kurang dari 70.000 orang tewas sebagai korban dari kedua belah pihak.
Perdamaian ( tahkim ) yang dilakukan oleh kedua belah pihak, meskipun sebagai anggota Syi’ah Ali menentangnaya, tidak meredakan pemusuhan diantara keduanya, bahkan kecurangan yang dilakukan pihak Mu’awiyah dalam tahkim itu menyebabkan Ali kehilangan pendukungnay. Mereka yang meninggalkan Ali ini, yang dalam sejarh dikenal dengan kelompok Khawarij, bahkan balik menyerang Ali dan berusaha membunuhnya karena dia sudah mereka anggap berdosa besar—tidak menghukumi dengan hukum Allah dank arena itu kafir.
Pada tahun 661 Ibnu Muljam, salah seorang anggota kelompok Khawarij berhasil membunuh Ali Bin Abi Thalib ketika beliau tengah mendirikan salat. Semenjak itu Khalifah benar-benar jatuh ke tangan Mu’awiyyah atau Bani Umayyah. Meski putra Ali, Hasan, berusaha merebut kembali Khalifah dari tangan Mu’awiyyah, ternyata usaha itu gagal sama sekali. Mu’awiyyah memang terlalu kuat untuk dikalahkan. Hasan tidak dibunuh melainkan diijinkan menetap dan menjalani hidup mewah( baca: dibuang ) di Madinah.
Semenjak itu Syi’ah Ali secara terus-menerus melakukan penyerangan dan pemberontakan dalam rangka merebut kembali Khalifah yang jatuh ke tangan Bani Umayyah, tetapi penyerangan-penyerangan itu selau berakhir dengan kegagalan. Pada tahun 671 di Kufah pecah pemberontakan melawan Bani Umayyah, dibawah pimpinan Hujar Bin ‘Adi Al-Kindi. Kemudian pada tahun 680, ketika Mu’awiyyah meninggal dan sudah digantikan anaknya, Yaid, terjadi penyerangan yang dilakukan oleh Husain, saudara Hasan Bin Ali. Tetapi dalam peperangan ini Husain beserta sekitar 100 orang pasukanya dibantai habis di karbala, suatu tempat antara khufh dan Baghdad ( sekarang).
Lima tahun kemudian terjadi pemberontakan dari kelompok yang sama di kota yang sama pula, dibawah pimpinan Sulaiman Bin Surad al-Khuza’i. Pemberontakan ini selain untuk menebus dosa atas kelalaian mereka dalam membantu Husain di Karbala, dan mereka itu disebut kelompok tawwabun, dan dimaksudkan juga untuk menuntut balas atas kematian Husain tersebut. Tetapi pemberontakan ini pun gagal, meskipun jumlah pasukan meraka tidak kurang dari 4.000 orang.
Pada tahun 685 pecah kembali pemberontakan di Kufah yang dipimpin oleh Mukhtar Bin Abi ‘Ubaid at-Tuga. Meskipun dia berhasil membunuh ‘Ubaidillah Bin Ziyad, mantan gubernur Umayyah di Kufah, dalam pertempuran di khazir, dia akhirnya juga terbunuh pada tahun 687. Satu hal yang menarik dari pemberontakan ini adalah Mukhtar untuk pertama kalinya menampilkan faham Mahdi dalam Syi’ah dan menyebut dirinya sebagai mahdi atau pemimpin yang dapat petunjuk dari Allah.
Pernyataan inilah yang kemudian dikembangkan oleh para penganutnya dan kemudian membentuk sekte Mukhtariyyah atau Kaisaniyyah dalam Syi’ah. Sebutan yang disebut belakangan diambil dari nama orang, Kaisan, yang juga dijuluki Abu ‘Amrah, yaitu Maula pendukung dan pelindung Mulhtar yang paling gigih. Mengenai Kaisan ini derdapat perbedan pendapat. Ada yang mengatakan bahwa dia adalah nama asli Mukhtar dan ada pula yang mengatakan bahwa dia adalah hamba Ali Bin Abi Thalib, atau murid anaknya, Muhammad Bin al-Hanafiyyah.
Pemberontakan berikutnya pecah terjadi pada tahun 744-7 dibawah pimpinan Abdullah Bin Mu’awiyah, cucu Ja’far, saudara laki-laki Ali Bin Abi Thalib, tetapi kali ini pun mengalami kegagalan.
Semua kegagalan yang dialami oleh kelompok atau Syi’ah Ali untuk merebut kembali Khalifah dari tangan Bani Umayyah ternyata berkelajutan hingga pada masa pemerintahan ‘ Abbasiyah, dan baru bisa dikatakan berhasil setelah daulah ‘Abbasiyah runtuh. Diduga keras munculnya faham Mahdi ( Messianisme,Millenarianisme ) dikalangan Syi’ah didorong oleh kegagalan-kegagalan ini. Di samoing itu, juga diduga keras bahwa faham ini muncul karena pengaruh langsung dari ajaran Yahudi, melaluiAbdullah Bin Saba’, Majusi dari Persia dan Kristen.


PEMBAHASAN
SUNNAH dan SYIAH BERBEDA SIKAP TERHADAP SAHABAT
Mengenai sikap terhadap sahabat, kaum Syiah berpegang pada Al-Qur’an dan Sunnah serta catatan sejarah. Bahwa diantara para sahabat ada juga yang lalim, seperti si Munafik ‘Abdullah bin Ubay dengan kelompoknya yang berjumlah 300 orang yang melakukan disersi sebelum perang uhud atau Mu’awiyah dan para jenderalnya yang melakukan pembersihan etnis dengan membunuh kaum Syi’ah secara berdarah dingin, shabran, menyembelih bayi-bayi Syi’ah, memperbudak para muslimah dan membakar kebun dan manusi hidup-hidup, mengarak kepala dari kota ke kota, minum arak, berzina dan sengaja merencanakan dan membuat hadist-hadist palsu yang bertentangan dengan hukum Syar’i.
Bila Saudara-saudara menganggap ceritera-ceritera yang membuka 'aib' para sahabat sebagai kufur, maka tidak akan ada lagi ahli sejarah dan ahli hadis yang tidak kafir.
Syi'ah menolak hadis yang.diriwayatkan para sahabat lalim. Mereka heran mengapa pula kaum Sunnah keberatan bila mereka meriwayatkan hadis-hadis dari ahlulbait Rasulullah sebab ayat-ayat Al-Qur'an turun kepada Rasulullah yang tinggal serumah dan mengajari mereka, anak cucunya.
Mengapa mereka harus mencari hadis-hadis Abu Hurairah misalnya, yang meriwayatkan bahwa Allah SWT menciptakan Adam seperti wajah Allah yang panjangnya 60 hasta (sittuna dzira'), sedang Al-Qur'an mengatakan bahwa tiada sesuatu pun yang menyerupai-Nya, laisa kamitslihi syai 'un, atau Nabi Musa lari telanjang bulat karena bajunya dibawa lari oleh batu, atau sapi berbahasa Arab, atau hadis yang menyatakan kalau lalat masuk ke dalam kuah, seluruh lalat harus dimasukkan ke dalamnya sehingga menimbulkan 'perang' lalat di koran-koran Mesir karena dokter-dokter muda menolak hadis yang 'berbahaya' tersebut? Dan Allah
Yunus Ali Muhdhar, him. 213 atau Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah jilid 2, hlm.63.
yang turun ke langit dunia, sepetiga akhir malam, sehingga Allah tidak punya kesempatan untuk kembali karena kesiangan?
Mengapa mereka harus berpegang pada Abu Hurairah yang oleh sahabat-sahabat besar seperti ummu'l-mu'minin A'isyah ra. dan 'Umar bin Khaththab ra.dan ulama-ulama besar seperi Ibnu Qutaibah menganggapnya sebagai pembohong? Bukankah Ibnu Qutaibah disebut sejarawan sebagai nashibi atau pembenci Ahlulbait dan bukan Syi'ah.? Baca sejarah dan hadis-hadis shahih Bukhari Muslim! Haruslah diakui bahwa pandangam Syi'ah ini berbeda dengan kaum Sunni yang menganggap semua sahabat itu adil, 'udul, dan bila mereka membunuh atau memerangi sesama muslim, mereka akan tetap mendapat pahala. Bila tindakan mereka salah mereka akan mendapat satu pahala dan kalau benar dua pahala.
Malah ada ulama 'Sunni', seperti Ibnu Katsir, Ibnu Hazm dan Ibnu Taymiyah menganggap 'Abdurrahman bin Muljam yang membacok imam 'Ali bin Abi Thalib yang sedang salat shubuh, sebagai mujtahid. 'Abdurrahman bin Muljam dapat pahala. Demikian juga pembantai Husain dan keluarganya di Karbala. Pembunuh-pembunuh cucu Rasulullah ini dianggap dapat pahala, satu bila salah, dua bila benar.
Suatu hari, rumah saya kedatangan tiga orang Afghanistan. Saya tanyakan, mengapa kaum muslimin di Afghanistan salin berperang? Mereka menjawab bahwa mereka berperang kare: berijtihad seperti ummu'l-mu'minin 'A'isyah yang memerang: Imam 'AH dalam Perang Jamal. Kalau benar dapat dua pahala d, kalau salah dapat satu. Dan saya dengar, koran-koran Jakarta p telah memuat keyakinan mereka ini. Kaum Thaliban di Afghanistan, yang punya pendapat seperti yang mengurung dan tidak membolehkan wanita bekerja.

B. Pandangan Syi’ah tentang Al-Qur’an dan Hadist
Syiah berpendapat bahwa Mushaf Usmani tidak lengkap, karena Usman tidak memasukan 500 kata dalam mushafnya. Selain itu ada dua mushaf lain yang sengaja tidak dimasukan oleh usman, yaitu Mushaf Fatimah yang berbeda dengan dan tiga kali lebih tebal daripada mushaf usmani dan sama sekali berbeda dengannya. Disamping itu mushaf Ali pun tidak dimasukan oleh Usman dalam mushafnya.
Al-Kulaini mengatakan
Sesungguhnya Qur’an yang dibawa oleh jibril kepada Muhammad sejumlah 17 ribu ayat….dan jika ayat-ayat Mushaf Usmani hanya 6.263 ayat, dan ayat Mushaf syia’ah berjumlah 17.000 maka hal ini berarti bahwa benar-benar ada perbedaan besar antara ayat-ayat Qur’an yang dibawa Jibril dan yang ada, berarti Qur’an hanya sepertiganya.
Mengenai hadist, syiah tidak mengakui 6 buah kitab hadist (kutubus-sittah) dan kitab-kitab hadist lainnya yang menjadi rujukan kelompok Sunni, karena Hadist-hadist tersebut melalui sanad yang tidak mereka percayai. Mereka sudah kafir, zindiq, pembohong, dan fajir (jahat), kecuali hanya tiga atau lima orang saja yang mereka percayai. \
Muhammad al-Husaini ar-Rasyiful-Gita, ahli Hadist Syi’ah, dalam bukunya, Ahlusy-Syi’ah wa Ushuluha, menulis :
Mereka itu (Syi’ah) tidak menganggap (menerima) hadist nabi kecuali yang sah, dengan melewati jalur keluarga Nabi, dari nenek mereka, yakni apa yang diriwayatkan oleh As-Sadiq dari bapaknya Al-Baqir, dari zaenal ‘Abidin dari Husain (cucu Nabi), dari Nabi Muhammad. Adapun yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Samurah bin Jundub, Marwan bin Hakam, ‘Imran bin Hattan al-khariji, ‘amr bin ash, dan teman-teman mereka tak dianggap berharga sama sekali, padahal mereka itu orang-orang penting.

Kitab-kitab hadist yang baku dalam syiah, antara lain, sebagai berikut :
1. Ushulul-Kafi oleh Muhammad bin Ya’qub al-Kulaini (w. 328/939) berisi 16.000 hadist
2. Man La Yasthadiruhul-Faqih oleh Muhammad bin Ali bin Babuya al-Qumi (w.381/991) berisi 6.000 hadist
3. Al-Istibsar fimastuklifa minal akhbar oleh Abu Ja’far Muhammad bin al-Hasan at-Tusi.
4. Tahibul-Ahkam oleh Abu Ja’far Muhammad bin Hasan at-Tusi, dan
5. Madinatul ‘Ilm oleh Muhammad bin Ali bin Babuya al-Qumi








Daftar Pustaka

Amnom Netzer, "Islam in Iran: Search for Identity", dalam Raphael Israeli (ed.), The Cresecent in the East: Islam in Asia Major 4W. Montgomery Watt, The Formative Period of Islamic Thought (Edinburgh University Press, 1973)

Husein (Jakarta: Rajawali Pers, 1993), halaman 137; dan Abu Zahrah, Sejarah Aliran-aliran dalam Islam; bidang Politik dan Aqidah, terj. Drs. Shobahussurur (Gontor, Ponorogo: Pusat Studi Ilmu dan Amal, 1991), halaman 54.

KH.Abu Hamid, dkk, Mengenal Ajaran Beberapa Aliran Islam Di Indonesia.

Muslim Fathohi, Faham Mahdi Syi'ah dan Ahmadiyah dalam Perspektif (Jakarta: Rajawali Pers, 1994), halaman 17.

Dr. O.Hashem, Syi’ah Ditolak Syi’ah Dicari, (Jakarta : Al-Huda 1997), hal. 16, cet. III


































Daftar Pustaka
Abu Zahrah, Prof. Dr. Sejarah Aliran-Aliran dalam Islam Bidang Politik danAqidah, terj. Drs. Shobahussurur (Gontor: PSIA, 1991)
Adz-Dzahabi, Muhammad Husein, Dr. Penyimpangan-penyimpangan dalam Penafeiran Al-Quran, terj. Haminr Ilyas dan Machnun Husein (Jakarta: CV Rajawali, 1986)
Farah, Caesar E. Islam (Woodbury, New York: Barron's Educational Series, Inc., 1968)
Goldziher, Ignaz. Muslim Studies, Vol. 2, terj, C.R. Barber dan S.M. Stem (London: George Alien & Unwin Ltd., 1971)
Hanafl, A., M.A. Ohentalisme Ditinjau menwmt Kacamata Agama (Quran dan Hadis) (Jakarta: Pustaka-Alhusna, 1981)
Al-Hasyimi, Muhammad Kamil, Dr. Hakikat Akidah Syi'ah, terj. Prof. Dr. HM. Rasjidi (Jakarta: Bulan Bintang, 1989)
Israeli, Raphael. The Crescent in the East: Islam in ASia Major (New Jersey: Humanities Press, Inc., 1982)
Mcdonald, Duncan B. Development of Muslim Theology, Juriprudence and Constitusional Theory (New York: Charles Scribner's Sons, 1903) . '
Al-Musawi, A. Syafaruddin.Isu-isuPentingIkhtiarSunnah-Syi'ah, terj. Mukhlis, B.A. (Bandung: Mizan, cet. IV/1994)
Muslih Fathoni, Drs., M.A. Faham Mahdi Syi 'ah dan Ahmadiyah dalam Perspebif(Jakarta Rajawali Pers, 1994)
As-Sahas, AH Muhammad, Dr. Aqidatul-Imomah Indasy-Syi 'ah al Isna Asyariyyah (Qahirah: Darul-l'tisam, 1407/1987)
Shaban, MA. Sejarah Islam, 600-750 (Penafsiran Baru), terj. Machnun Husein (Jakarta: Rajawali Pers, 1993)
Voll, John Obert, Islam: Continuity and Change in the Modern World (Bouulder, Colo.: Westview Press, 1982)
Watt, W. Montgomery. The Formative Period of Islamic Thought (Edin¬burgh: Edinburgh University Press, 1973)
Zhahir, Ikhsan Ilahi, Prof. Dr., M.A. Syi 'ohBerbphongAtas Nama Ahlu Bait, terj. Bey Arifin dan Mu'ammal Hamidy. (Surabaya: PT Bina

0 komentar:





 
© Copyright 2008 your blog name . All rights reserved | your blog name is proudly powered by Blogger.com | Template by Template 4 u and Blogspot tutorial