Sekolah Belum Jadi Tempat Pembudayaan
Pendidikan yang terjadi di sekolah-sekolah barulah proses pemberian pelajaran untuk dihafal dengan fasilitas dan prasarana pendidikan yang tidak memungkinkan terjadinya proses pembudayaan berbagai kemampuan, nilai, dan sikap warga masyarakat negara kebangsaan yang merdeka, demokratis, dan berkeadilan sosial. Akibatnya, apresiasi hasil pendidikan terhadap keunggulan nilai humanistik, keluhuran budi, dan hati nurani menjadi dangkal.
Keprihatinan terhadap pendidikan yang belum mampu mendorong kepada perkembangan kebudayaan dan peradaban
Hadir dalam acara tersebut antara lain Siswono Yudo Husodo selaku Ketua Pembina Center For Indonesia Nastional Policy Studies, Komarudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, pengamat pendidikan HAR Tilaar, dan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas Fasli Jalal.
Soedijarto yang juga Ketua Umum Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) mengatakan pembudayaan nilai-nilai dari bodoh menjadi pintar, tidak demokratis menjadi demokratis, dan sebagainya itu memerlukan dukungan fasilitas. ”Harus ada anggaran besar untuk mendukung pendidikan yang benar. Siswa harus diberi buku, ada lapangan luas untuk bisa berolahraga, lingkungan sekolah yang asri,” kata Soedijarto.
Siswono mengatakan pendidikan harus mampu didorong untuk menjadi agen pembentuk peradaban bangsa. Saat pendidikan di sekolah tidak membentuk manusia beradab, sementara pendidikan di luar sekolah semisal dari media
Komarudin Hidayat mengatakan
Jika pemerintah tidak berupaya memenuhi kewajiban konstitusional dalam pendidikan di tengah masyarakat yang belum memiliki kemampuan untuk berpartisipasi dalam pembiayaan pendidikan, nasib bangsa
0 komentar:
Posting Komentar